Pasti selalu ada perselisihan atau ketidaksetujuan dari semua hubungan yang dibina. Baik hubungan keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya. Berselisih paham, cekcok, berantem, silang pendapat, atau apapun namanya, bukan hanya pada hubungan keluarga dan pertemanan saja, tetapi juga dengan pasangan.
Hidup tidak selalu adem ayem, tentram, dan damai. Di satu waktu pasti ada perselisihan. Begitu juga cekcok atau berselisih dengan pasangan. Namun, yang menjadi pertanyaan berikutnya, cekcok dengan pasangan itu apakah menjadi tanda adanya masalah atau malah sangat normal dan menyehatkan?
Menurut Upwave, ini tergantung bagaimana cekcok yang terjadi. Tidak ada dua orang yang setuju atas segala hal, sepanjang waktu. Suatu waktu pasti ada ketidaksetujuan. Hanya saja, perilaku negatif seperti sindiran tajam, memutar bola mata, atau mengungkit-ungkit masalah yang sudah lama bukan menjadi cara untuk cekcok. Sebagai fakta saja, memutar bola mata, yang menjadi indikator meremehkan seseorang, menjadi daftar teratas untuk prediktor perceraian.
Langkah yang disarankan, lebih baik mengeluarkan keluhan dengan awaln yang lunak. Ini menjadi pendekatan yang jauh lebih baik daripada memperlihatkan pandangan merendahkan atau meremehkan dengan sindiran tajam.
Sementara itu, mencoba mendengarkan pasangan, tetap terbuka karena mengakui kesalahan, memaafkan dan mungkin satu dua kali menertawakan masalah, merupakan hal-hal dari pertengkaran yang wajar. Pertengkaran yang wajar ini akan menjaga masing-masing pasangan dari rasa sakit hati atau memendam amarah maupun dendam.
Satu faktor paling penting dalam pertengkaran wajar adalah ego. "Anda mesti sampai pada titik ketika Anda ingin melepaskan ego karena Anda menginginkan komunikasi yang nyata," ujar David Richo, psikoterapis dan penulis How to Be an Adult in Love: Letting Love in Safely and Showing it Recklessly.
Jika Anda ingin pertengkaran yang wajar atau baik, singkirkan terlebih dulu ego Anda. "Selama memasukan ego, maka sia-sia saja pertengkaran itu," lanjut David.
Banyak ahli mengatakan esensi dari pertengkaran yang membangun adalah mampu memecahkan masalah, bukan satu sama lain. "Tempatkan konflik sebagai suatu masalah yang perlu diselesaikan berdua," tegas David. Artinya, setiap orang bisa menyatakan apa yang terjadi pada dirinya, mengekspresikan perasaan apapun yang terhubung dengan hal itu dan mencoba untuk mengatasi tanpa menyela dan membiarkan setiap orang untuk didengar.
Karenanya, David menyarankan masing-masing individu untuk mengasah kemampuan komunikasinya. Ini mencakup tidak menyela, benar-benar mendengarkan ketimbang berpikir atas apa yang akan Anda katakan nanti dan komitmen tulus untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
Selain itu upayakan untuk melakukan negosiasi. Memang, negosiasi bisa membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha, tetapi hasilnya menjadi begitu kaya, memuaskan, dan mendukung keintiman Anda berdua.

0 komentar:
Posting Komentar